Daraka



Kutemukan paradoks begitu gesit dalam jasad
berlari liar laiknya kucing hutan terjerat akar jalar
segala kemapanan klasik ditabrakinya sampai lerak.
Aku memeliharanya: mencintainya seperti seorang kekasih,
juga kesalahan-kesalahan yang lekas kumaafkan tanpa desih.

Mata dewa pun tak cukup perkasa melihatnya langsung

apalagi mataku yang kan tersaji di meja makan para belatung
Dia hanya muncul dalam cermin benggala bertatahkan perak
membiaskan wujudku dengan keindahan kekal tak terjamah.
Mencintainya adalah kesalahan terindah yang tetap kusimpan
menyimpannya menjadi bukti mati pada cinta dan harapan

Kau yang bersemayam, luruhlah jika waktu penghabisan tiba

lambai aku, tapi jangan sekalipun kau katakan moksa dari dunia
keringatku pernah mengering di kulitmu, berkerak jadi sejarah juang.
Biar wujudku bahagia mencintai bayangan yang kau tinggal
dan kau mengagumiku di sana, di neraka tawar dambaan rasa gagal.


2016

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram