Thantofobis



Saat bukit menunduk dan tua, ia akan bercerita pada lereng sondai
tentang hujan dan petir, tentang mineral yang dicuri dari perutnya,
tentang mitos makhluk pesisir penadah garam berwarna haram.

Saat teluk menikmati sore di bangku alam, melihat matahari tenggelam,
menyapa tanjung di seberang jalan; memberi makna pada ikan dan nelayan.

Saat pagi, kabut memberi energi tak terbatas pada segelas kopi berseduhkan
rasa beruas-ruas. Satu dua kawan kelelawar pemakan agas terlambat pulang,
saling berlomba cepat sampai goa. Mereka masih kanak-kanak. Sama,
sama halnya dengan kita yang menolak digantung tali dewasa.

Tak perlu menjadi kakek dua cucu tuk menceritakan semua kekonyolan
yang tak sepantasnya lucu. Aku hanya perlu kawan dekat tuk berdebat, dan
lawan yang bisa diajak tertawa bersama setelahnya, di atas langit-langit:
di atas mimpi berdinding sederhana. Kilau rubi dan jamrud toh bisa kita buat
hanya dengan bahagia dan sedikit waktu luang.

Jika suatu saat pagi tak muncul lagi, bersenang-senanglah di dalam rumah.
Aku tak akan pergi tuk sekedar mencari arti. Sebab kita telah dewasa, mengerti
bahwa apa yang dibutuhkan dunia ini adalah hidup saling melengkapi!


2016

1 komentar

  1. Pernah kubaca, kisah pilu tengtang hujan yang jatuh berkali-kali dan berkata : "Aku datang hanya untuk hilang"

    namun tak berhenti sampai di sini

    BalasHapus

My Instagram